SHANGHAI - Perihal tentang adanya biro jodoh, sudah sering kita dengar. Namun bagaimana dengan adanya Pasar Jodoh (Marriage Market)?
Pasar jodoh adalah sebuah area di mana banyak orang mencari jodoh untuk anak atau pun bagi mereka sendiri. Namun umumnya, yang datang ke pasar jodoh ini adalah para orang tua yang hendak mencarikan jodoh bagi anaknya.
Biasanya, usia anak-anak yang mereka carikan jodoh berkisar di atas 25 tahun.
Seperti seorang ayah yang sedang mencarikan jodoh untuk anak perempuannya yang sudah berusia 29 tahun.
"Anak perempuan saya sebenarnya tidak setuju saya datang ke sini, tetapi saya nekad mencuri fotonya untuk dibawa ke sini," ujarnya seperti dikutip CNN, Isnin (17/10/2011).
Ayah yang nampak putus asa tersebut mengaku sudah 12 kali mendapatkan calon lelaki dan telah keluar dengan putrinya, namun upayanya selalu gagal.
"Jika saya mati nanti dan anak saya belum juga menikah, mungkin saya tidak dapat menutup mata saya," ucapnya.
Bezanya dengan biro jodoh, orang-orang yang mencari jodoh ini secara langsung mencari jodoh di antara sesama pencari lainnya.
Prosesnya, para pencari jodoh membawa sebuah kertas yang berisikan profil identiti orang yang ingin dicarikan pasangan, atau pun identitinya sendiri sebagai yang mencari jodoh. Profil identiti yang disebutkan dicantumkan selengkap mungkin, seperti nama, umur, gelar pendidikan, tempat bekerja, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan dalam keluarga, serta kriteria jodoh yang diinginkan.
Kertas-kertas tersebut disatukan dan digantung agar dapat dilihat oleh semua pengunjung pasar tersebut. Atau ada juga yang "terjun" langsung "memasarkan" kandidatnya ke sesama pencari jodoh.
Mereka berkenalan, dan saling menceritakan orang yang dicarikan jodoh dan bagaimana kriteria yang dicari. Jika dari saling sesuai, maka boleh jadi perjodohan pun dimulai dari situ.
Walaupun tingkat keberhasilannya rendah, tetapi para pencari jodoh ini nampak gigih dan tidak bosan mencuba.
"Saya telah datang ke sini setiap akhir minggu selama dua tahun belakangan ini, tapi saya pikir tingkat keberhasilannya rendah," ujar seorang ibu yang cemas mencarikan jodoh untuk putrinya.
"Bahkan banyak dari mereka datang sudah dari empat atau lima tahun tapi tidak juga dapat (jodoh yang dicari)," imbuhnya.
"Putri saya pergi ke Inggris untuk belajar selama tujuh tahun," ungkap ibu tersebut. "Saat dia datang kembali, sudah terlalu telat untuknya mencari kekasih. Dia menganggap terlalu berharga waktunya selama di sana, tapi untuk saya yang terpenting adalah membina sebuah keluarga," ujarnya putus asa.
Selain para orang tua yang mencarikan jodoh untuk anaknya, tak sedikit pula yang mencari jodoh untuk dirinya sendiri. Biasanya, mereka adalah duda atau janda yang telah berumur namun tetap masih perlu pasangan untuk berbagi.
Seperti seorang duda berusia 73 tahun bernama Zhang, dia rajin datang ke pasar yang lebih ramai dari job fair ini setiap akhir minggu.
"Sebenarnya berat untuk saya datang ke sini, tapi saya harus mencari seorang isteri. Saya tidak kekurangan apapun, selain seorang isteri. Isteri saya telah meninggal. Saya hanya kekurangan seseorang yang bioleh saya ajak berbincang di malam hari," ujarnya.
Tidak lama kemudian, Zhang melihat dua wanita yang mendekati kriterianya dan berkenalan.
Para wanita tersebut berusia sekira 68 tahun dan ini adalah kali pertama dia mendatangi pasar jodoh itu. Mereka pun berbincang selama 10 minit dan saling bertukar kontak.
Adakah Zhang mendapatkan jodohnya? "Pertama kita berbincang layaknya teman dan kita lihat ke depannya apakah kita saling ada kesamaan. Kita lihat nanti," ujar Zhang.(rhs)